Awalnya Menyuarakan Soal Teluk Youtefa, Kini Banyak Bicara Soal Daerah Bufferzone
Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG) | Kelompok Pecinta Lingkungan Yang Lahir Karena Kepedulian
Tak sedikit komunitas yang lahir dari akar rumput dengan berbagai ciri khas maupun identitas yang unik di Papua. Dalam Papua Community edisi perdana ini Cenderawaslh Pos mencoba mengangkat Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG), suatu komunitas yang selama ini getol menyuaralcan soal pentingnya keseimbangan dalam ekosistem lingkungan.
FPPNG lahir pada 4 Februari 2010 di Kampung Abesauw, Enggros. FPPNG terbentuk setelah sekelompok pemuda melihat bahwa lingkungan Kota Jayapura terutama Teluk Yotefa berada dalam ancaman dan bisa saja hilang jika tak ada pihak yang menjaga dan menyuarakan soal perambahan.
Setelah mendapat restu dari para Tetua Adat dan Ondoafi setempat akhirnya FPPNG terus berjalan hingga hari ini.
"Kalau ditanya mengapa FPPNG dibentuk? Ini hanya karena panggilan dan suara hati kami untuk menjaga Teluk Yotefa kala itu, namun sejalan waktu kami merasa banyak hal yang bisa dibuat dan tak hanya soal Teluk Yotefa tetapi juga wilayah buffer zone termasuk wilayah lereng".. kata Ketua FPPNG, Fredy Wanda didampingi Wakilnya Andre Liem di Abepura, Jumat (10/7).
Niat membentuk kelompok ini dumulai setelah menangkap adanya kondisi "tak biasa" yang terus terjadi dan Fredy cs mencoba berkoordinasi dengan para tokoh di Teluk Yotefa termasuk meminya ijin kepada Ondoafi Herman Hamadi untuk membentuk satu kelompok kecil dan ternyata direstui.
"Setelah kami mendapat restu akhirnya kami melakukan pemilihan di Abesauw dan dihadiri sejumlah tokoh kampung termasuk ibu-ibu. Pemilihan itu dilakukan dari sore hingga gelap dan minim cahaya, nantinya ada teman datang bawa mobil barulah kami melanjutkan proses pemilihan dengan cahay lampu mobil" kenang Fredy.
Kondisi tak biasa yang dimaksud Fredy dan Andre adalah tahun 2009 - 2010 mereka melihat banyak sekali sampah yang menepi di Teluk Yotefa, sampah yang merupakan limbah masyarakat kota sehingga seakan-akan menganggap teluk kebanggaan masyarakat asli Port Numbay ini sebagai penyaring sampah.
"Sebenarnya sudah lama kami perhatikan. Dulu saya dengan teman-teman bingung mau buat apa. Apakah kami harus marah? Tapi pada melihat banyaknya sampah di teluk kami hingga akhirnya kami memulai dengan membuat wadah dan merangkul pemuda-pemudi yang peduli" katanya.
Andre Lim mengiyakan semua pernyataan Fredy, bahkan menurutnya saat kecil ia masih sempat menemukan kuda laut dan terumbu karang serta ikan warna-warni yang main di terumbu karang di sekitar Teluk Yotefa. Namun saat ini semua berubah.